Page 118 - Profil Kesehatan Jateng 2020_Neat
P. 118

Eradikasi  Polio  (ERAPO),  Reduksi  Campak  (Redcam)  dan  Eliminasi  Tetanus
                      Neonatorum (ETN).
                             Saat  ini  telah  dilaksanakan  Program  Surveilans  Integrasi  PD3I,  yaitu

                      pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus
                      Neonatorum,  dan  Campak).  Dalam  waktu  5 tahun  terakhir  jumlah kasus  PD3I  yang
                      dilaporkan adalah sebagai berikut:

                     1.  Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
                                Polio merupakan penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh virus.

                         Penyakit ini menyerang sistem syaraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total
                         hanya dalam hitungan jam. Virus ini terutama ditularkan dari orang ke orang melalui
                         fekal-oral. Gejala awal yang terjadi adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,

                         kekakuan  pada  leher,  dan  nyeri  pada  tungkai.  1  dari  200  infeksi  menyebabkan
                         kelumpuhan permanen (biasanya di bagian tungkai). Diantara mereka yang lumpuh,

                         5  persen  hingga  10  persen  akan  berakhhir  pada  kematian  karena  kelumpuhan
                         terjadi pada otot-otot pernapasan mereka.
                                Pada  pertemuan  tahunan  bulan  Mei  1988,  the  World  Health  Assembly

                         (WHA),  suatu  forum  sidang  tertinggi  yang  diselenggarakan  oleh  organisasi
                         kesehatan dunia (World Health Organization/WHO), telah mengeluarkan resolusi
                         untuk membasmi penyakit polio dari dunia ini. Pada 27 Maret 2014, Indonesia telah

                         berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama negara-negara South East
                         Asia Region (SEARO) lainnya. Namun, masih ada 2 negara, yaitu Afghanistan dan
                         Pakistan yang masih endemik polio.

                                KLB polio akibat VDPV bisa terjadi di mana saja bila cakupan imunisasi polio
                         rendah selama bertahun-tahun. Untuk menghindari kasus serupa, imunisasi polio

                         harus dijaga tetap tinggi (lebih dari 95persen anak diimunisasi) dan merata, dan
                         semua  kasus  lumpuh  layuh  mendadak  (AFP)  harus  ditemukan  secara  dini  dan
                         dilaporkan.  Penemuan  adanya  transmisi  virus  polio  liar  dapat  dilakukan  melalui

                         surveilans AFP, dimana semua kasus lumpuh layuh akut pada anak usia <15 tahun
                         (yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit polio) diamati. Surveilans AFP
                         merupakan indikator sensitivitas deteksi virus polio liar. Surveilans AFP juga penting

                         untuk dokumentasi mengenai tidak adanya virus polio liar sebagai syarat sertifikasi
                         bebas polio.
                                Kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan

                         pemeriksaan  laboratorium  bukan  kasus  polio  adalah  definisi  dari  nonpolio  AFP.
                         Kementerian  Kesehatan  menetapkan  non  polio  AFP  rate  minimal  2/100.000

                         populasi penduduk usia <15 tahun. Pada tahun 2019, non polio AFP rate di Provinsi



                  Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020                                   100
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123